Saat ini mungkin kasus aborsi sudah
sangat biasa. Banyak sekali oknum yang melakukan praktek aborsi tanpa punya
izin. Dan yang lebih mengenaskan, pelaku aborsi 90% adalah remaja SLTA. Kasus tersebut
sudah banyak memakan korban. Sungguh tak ada harganya lagi nyawa didunia ini.
Beberapa
alasan kenapa banyak yang memilih aborsi,
1. Tak ingin
punya anak tanpa ayah
2. Mengganggu
sekolah, karier, dll.
3. Tak cukup
uang untuk penghidupan anak
Hal-hal yang menyebabkan hal ini
terjadi adalah,
1. Pacaran
yang berlebihan
2. Kasus
perkosaan
3. Keterpaksaan
Sebenarnya, aborsi bukanlah jalan
yang terbaik. Banyak sekali resko yang mengancam ibu sang bayi. Mereka lebih
memintangkan hal sekarang tanpa memikirkan lagi dampak di masa yang akan
datang. Banyak sekali resikonya, antara lain:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis
- Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of
Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada
anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis
Proses aborsi bukan saja suatu
proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang
wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap
keadaan mental seorang wanita.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
ada beberapa tingkatan dalam proses aborsi, antara lain:
- Pada kehamilan
muda (dibawah 1 bulan)
Pada
kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi
dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang
anak yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur
berantakan.
Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa
gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut.
-
Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan)
Pada
tahap ini, dimana janin baru
berusia sekitar beberapa minggu, bagian-bagian tubuhnya
mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak
tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan
menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam abortus).
Anak
dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut,
dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa
lambung, pinggang, bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk,
dihancurkan bagian-bagian tubuhnya.
Tulang-tulangnya di remukkan dan seluruh bagian tubuhnya
disobek-sobek menjadi bagian kecil-kecil agar mudah dikeluarkan
dari kandungan.
Dalam
klinik aborsi, bisa dilihat potongan-potongan bayi yang
dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan
kepala dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil. Anak tak
berdosa yang masih sedemikian kecil telah dibunuh dengan cara
yang paling mengerikan.
-
Aborsi pada kehamilan lanjutan (3 sampai 6 bulan)
Pada
tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya
sudah terlihat jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah
bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena
jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan baik.
Aborsi
dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum
dikeluarkan. Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang
langsung dimasukkan kedalam ketuban bayi. Cairan ini akan
membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan
pernafasannya dan akhirnya – setelah menderita selama berjam-jam
sampai satu hari – bayi itu akhirnya meninggal.
Selama
proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan
jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan
pembunuhan, tetapi pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita
harus sadar mengenai hal ini.
- Aborsi
pada kehamilan besar (6 sampai 9 bulan)
Pada
tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah
kelihatan, termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang
mungil. Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas dan otaknya
sudah berfungsi baik.
Untuk
kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara
mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh.
Cara
membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat
sampah, ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga
pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu
selesai. Selesai dengan tuntas – hanya saja darah bayi itu
yang akan mengingatkan orang-orang yang terlibat didalam aborsi
ini – bahwa pembunuhan keji telah terjadi.
Semua
proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu
yang melakukan aborsi. Mereka merasa bahwa aborsi itu cepat dan
tidak sakit, mereka tidak sadar karena dibawah pengaruh obat
bius. Mereka bisa segera pulang tidak lama setelah aborsi
dilakukan.
Benar,
bagi sang wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit.
Tapi bagi
bayi, itu adalah proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan
benar-benar tidak manusiawi.
Kematian
bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu.
Seorang wanita yang kelak menjadi ibu yang seharusnya memeluk
dan menggendong bayinya, telah menjadi algojo bagi anaknya
sendiri.
inilah beberapa potret korban dari aborsi